SEJARAH "TABUIK PIAMAN" DAN PERAN DAKWAH SYEIKH BURHANUDDIN ULAKAN DI PARIAMAN
Jul 09, 2025 Jul 09, 2025
SEJARAH "TABUIK PIAMAN" DAN PERAN DAKWAH SYEIKH BURHANUDDIN ULAKAN DI PARIAMAN
SEJARAH "TABUIK PIAMAN" DAN PERAN DAKWAH SYEIKH BURHANUDDIN ULAKAN DI PARIAMAN

SEJARAH "TABUIK PIAMAN" DAN PERAN DAKWAH SYEIKH BURHANUDDIN ULAKAN DI PARIAMAN 

Oleh: Azwirman, S.Pd

Di Pariaman, masih ada sisa-sisa tradisi ajaran Syi'ah yang masih dilestarikan oleh masyarakat Pariaman ketika menjelang awal tahun Baru Hijrah. Selama hampir satu bulan (Muharram) diselenggarakan sebuah tradisi (Alek gadang) yang kita kenal dengan nama, Tabuik. 

Tabuik rutin dilaksanakan, sudah Beratus tahun tradisi ini diselenggarakan, sehingga menjadi icon wisata kota Pariaman. Kalau orang menyebut Tabuik, maka yang terbayang adalah kota Pariaman. Dan sudah menjadi keharusan bagi masyarakat khususnya pemerintah kota untuk menyelenggarakan tradisi ini. Siapapun yang memerintah (walikota) di Pariaman, jangan sampai mengabaikan tradisi ini, cobalah kalau seandainya sang wako nya tidak menyelenggarakan tradisi ini tanpa alasan yg jelas, alamat ia akan dibenci oleh masyarakat Pariaman. Pernah sekali acara Tabuik ditiadakan, di karenakan wabah covid 19, dan ini sangat dimaklumi saja. Pasca wabah covid, Acara Tabuik kembali diadakan sampai sekarang.

Kembali ke persoalan Syi'ah dan Tabuik tadi. Saya menyebutnya sebagai "Tradisi Syiah di negeri Sunni". Kenapa? Berikut argumentasinya.

Saya yakin, kalau didata seluruh masyarakat Pariaman dan kabupaten Padang Pariaman tidak akan kita jumpai warganya yang menganut ajaran Syi'ah. Bahkan, kalau ditanya , banyak yang tidak mengetahui apa itu Syi'ah. Kalaupun ada ngaku-ngaku Syiah misalnya, dipastikan Ia Syi'ah yang sudah abu abu. Paling ngaku cinta ahlul bait, lebih memuja Ali bin Abi Thalib Ra (dengan alasan bahwa Ali lebih alim daripada sahabat) kalau yang seperti ini, kebanyakan dipengaruhi oleh bacaan sejarah yang keliru tentang sahabat nabi, peristiwa Karbala dan peristiwa Tahkim serta perang Siffin dan perang Jamal. 

Secara amalan, di Padang Pariaman lebih berkembang madzhab Syafi'i (fiqih) dan beberapa kelompok kecil Tarekat Naqsyabandiyah dan aliran Tarekat lainnya sebagaimana umumnya masyarakat Sumatera barat yang kental dengan nilai-nilai religius.

Muncul pertanyaan, jika masyarakat Pariaman dan kabupaten Padang Pariaman secara umum bukan Syi'ah dan mereka juga tidak tahu Syi'ah itu apa, lalu kenapa masih dipertahankan tradisi Tabuik itu yang nyata-nyata sisa dari tradisi Syi'ah? dari catatan sejarah yang dilacak, sepengetahuan penulis, tidak ada pembahasan secara eksplisit, kapan dan siapa serta darimana tradisi yang kental Syi'ah ini (Tabuik) pertama kali diadakan. 

Memang ada salah satu sumber menyebutkan bahwa, ada keturunan asal India, yang awalnya berdomisili di Aceh. Ia menganut ajaran Syi'ah. Lalu pindah ke Pariaman. Sebagaimana diketahui, Pariaman sudah ramai sebagai jalur pelayaran pantai Barat Sumatra. Ketika menetap di Pariaman ia mempopulerkan sebuah upacara yang sarat dengan muatan ajaran Syi'ah. Setelah Inggris bercokol di Pariaman ia kemudian pindah ke Bengkulu dan kembali memperkenalkan upacara yang sama (Tabot, Bengkulu) 

Kenapa Tabuik sarat dengan muatan Syi'ah?

Singkat nya begini. Puncak Upacara Tabuik diselenggarakan setiap 10 Muharram, sebagaimana diketahui, kematian Hussein di Padang Karbala yang dibunuh oleh pasukan Yazid bin Muawiyah (Ubaidilah bin ziyad, sebagai panglima) waktu itu. Dalam prosesi Tabuik dibuat patung buroq dua buah, besar, diarak keliling kota dan dibuang kelaut. Kenapa Buraq? Buraq adalah kuda berkepala manusia yang membawa terbang Ruh nya Hussein setelah dibunuh. (Diyakini pula, gambaran Buraq yang membawa Rasulullah Saw ke langit/ Sidratul Muntaha waktu peristiwa Isra' dan Mi'raj, berbadan kuda berkepala manusia)
Sebagaimana kita ketahui, sekte Syi'ah selalu menjadikan peristiwa pembantaian Hussein dan keluarga nya di Padang Karbala sebagai justifikasi/ pembenaran terhadap Keburukan sahabat nabi. Hussein yang dibunuh oleh pasukan Yazid bin Muawiyah, Muawiyah adalah sahabat nabi, satu keluarga/kabilah dengan Utsman bin Affan. Utsman bin Affan adalah sahabat nabi yang paling dekat dengan Abu bakar Siddiq dan Umar bin Khattab Ra. Dua orang sahabat nabi yang bagi Syi'ah (Rafidhah) mereka sesat dan kafir hingga masuk neraka jahanam. 

Ketika Syeikh Burhanuddin (Ulakan) seorang ulama Ahlussunah yang sangat dikenal oleh masyarakat Pariaman hingga kini, makamnya masih di datangi oleh para peziarah dari berbagai penjuru negeri. Berdakwah di Kawasan Pariaman maka, Tabuik tetap dibiarkan diselenggarakan di Pariaman dengan istilah baru "Hoyak Hussein"

Bagi kita (ahlussunah) hari Asyura juga diperingati, akan tetapi bukan untuk meratapi kematian Hussein seperti yang dilakukan oleh Syi'ah, jauh dibalik itu, Asyura adalah hari dimana Nabi Musa as, selamat dari pengejaran Fir'aun dan bala tentaranya yang mati di laut merah. 

Bukankah, kaum Bani Israil yg paling berhak?
Sebab nenek moyang merekalah yang selamat bersama nabi Musa as?
Memang yang diselamatkan oleh nabi Musa as adalah kaum nya Bani Israil, akan tetapi hakikatnya Nabi Musa as, atas pertolongan Allah SWT menyelamatkan ajaran tauhid itu sendiri dari Kemusyrikan penguasa waktu itu. 

Bukankah, setelah selamat umat nabi Musa as (Bani Israil) tidak lama setelah itu membangkang atas perintah nabi Musa as?
Sudah diperlihatkan dengan mata kepalanya sendiri pertolongan Allah SWT, namun tetap ingkar? Sudah diberi makanan "man'na wa Salwa", masih juga tidak patuh dengan perintah nabi Musa as? Sudah diselamatkan dari penguasa zalim, tahu-tahu berubah menjadi tak tahu terimakasih? 

Akhirnya mereka (Bani Israil) dilaknat oleh nabi Musa as dan mereka mendapatkan hukuman saat itu juga. Jadi, hari Asyura, umat Islam lebih berhak dari kaum pembangkang, sekalipun nenek moyangnya langsung yang di selamatkan oleh nabi Musa as.

Kembali ke persoalan Tabuik Pariaman. 
Seperti yang sudah dijelaskan, kapan dan siapa serta darimana Tabuik piaman itu pertama kali diselenggarakan, masih banyak versi dan perbedaan pendapat. Biarlah para sejarawan yang akan membahas hal itu. Ada hal yang lebih penting dari sekedar sejarah Tabuik Pariaman. Yaitu, kemunculan sosok ulama terkenal dan terkemuka di Pariaman. Yang hingga detik ini makam beliau di Ulakan senantiasa di ziarahi ribuan orang. Syeikh Burhan Al-Din Ulakan.
Ulakan adalah sebuah desa (Nagari) yang terletak lebih kurang 15 kilometer dar kota Pariaman sebelah selatan. Di sanalah Syeikh Burhan Al-Din lahir. 

Tahun kelahirannya banyak versi, ada yang menyebut 1056H/1646 M dan wafat 1111 H/ 1693 M atau lahir 1021H dan wafat 1111 H/20 Juni 1704 M.
Nama kecilnya, Pono, ayahnya bernama Pampak dari suku koto dan ibunya bernama Cukuik dari suku Guci.

Sewaktu kecil ia belum mengenal Islam karena ayahnya masih beragama Buddha. Otomatis ia kurang terdidik dengan baik hingga remajanya.
Sewaktu berdagang di Pekan batang Bengkawas? Pono dan orang tua nya berkenalan dengan seorang pedagang dari Gujarat, yang terkenal dengan nama, Iilapai (labai) pono dan orang tuanya masuk Islam dan setelah itu pindah ke sintuak (dekat lubuk Alung) pada tahun 1659M. Dari sanalah ia berkenalan dengan Tuanku Madinah atau engku Madinah (w.1083H), ia merupakan ulama dari Madinah yang sengaja berdakwah di Sumatera. Sebelum meninggal ia menganjurkan Pono untuk memperdalam ilmu agama kepada Syeikh Abd- Rauf Al Sinkili (singkel) di Aceh.
Niat awal hanya untuk mengabdi kepada Syeikh Abd-Rauf Al Sinkili, sebab secara ekonomi memang Pono serba kekurangan. Maka dari itu ia memutuskan untuk menjadi pembantu saja Syeikh Abd-Rauf Al Sinkili. Namun, karena ketajaman bathin dari beliau, bahwa yang datang itu punya bakat untuk menjadi ulama terkemuka, calon yang akan menggantikan dia dikemudian hari. Oleh sebab itu pono diperbolehkan untuk belajar cuma-cuma ttg berbagai pengetahuan keislaman. Pono belajar kepada Syeikh Abd-Rauf Al Sinkili selama 30 tahun.

Selama dalam penggemblengan, Pono memperlihatkan bukti pengabdian dan keseriusan dalam belajar. Ketekunan nya dan pengabdian nya terlihat ketika Pono dengan penuh keikhlasan mengambil tempat kapur yang jatuh (sengaja) Syeikh Abd-Rauf Al Sinkili ke Kakus. Setelah kakus dibersihkan, pono juga membersihkan tempat kapur itu. 

Selain itu, Pono terkenal paling rajin dan tidak pernah membantah apalagi alergi dengan semua pekerjaan membantu Syeikh Abd-Rauf. Hal inilah yang melatarbelakangi pemberian nama, yang sebelumnya Pono menjadi Burhan Al -Din (bukti Agama) oleh Syeikh Abd-Rauf Al Sinkili dalam salah satu upacara. 

Setelah genap 30 tahun menimba ilmu di Aceh,tibalah saatnya Syeikh Abd-Rauf menyuruh Pono (Burhan Al-Din) untuk pulang berdakwah ke kampung halamannya. Dengan berjalan kaki dari Aceh beliau pulang ke kampung halamannya di Ulakan Tapakis Pariaman.

Ajaran beliau tidak ada yang spesifik, fiqh madzhab beliau sama dengan gurunya, Syafi'i, tarekatnya sama juga dengan gurunya tarekat Syattariyah.
Beliau adalah, sebagaimana yang sudah diprediksi oleh gurunya, merupakan ulama terkemuka di Sumatra bagian tengah. Dakwah beliau laksanakan dengan cara lemah lembut, persuasif, sebagaimana umumnya metode dakwah para ulama ulama dizaman itu. 

Hingga wafatnya, dan sampai sekarang, kalau kita menyebut nama daerah Ulakan, maka yang terbayang adalah Syeikh Burhan Al-Din Ulakan, seorang ulama, sangat berpengaruh dan mensyiarkan Islam hingga ke pedalaman Sumatera bagian tengah. 

Dengan melihat latar belakang dan pola gerakan dakwah di Nusantara khususnya di Sumatera, perlahan-lahan, bersifat persuasif, dialog dengan kelembutan maka, nenek moyang kita yang notabene adalah Hindu Budha mudah sekali pindah (konversi) ke Islam. 

Para ulama yang berdakwah ke Sumatra dan wilayah Nusantara lainnya itu berasal dari Hadramaut (Yaman) sebagian Persia dan sebagian lagi Gujarat (India) tentu corak pemikiran juga berbeda pula. 

Syi'ah, aliran yang sudah muncul sejak terbunuhnya Ali bin Abi Thalib dan Hussein bin Ali. Mereka (Syi'ah) tentu juga punya pola gerakan Politik dan agama (dakwah) yang ketika mereka masuk (sebagiannya) ke Nusantara sedikit banyak ajaran nya di syi'arkan ke masyarakat. Meskipun, ajaran Syi'ah tidak berkembang khususnya di Sumatera, namun jejak kebudayaan yang ada unsur Syi'ah masih kita temukan dalam satu nya, Tabuik. 
Karena gencar nya ulama-ulama ahlussunah, dan juga mendominasi, membuat aliran Syi'ah jadi tidak pernah berkembang. Budaya Tabuik pun sudah dihilangkan unsur Syi'ahnya, seperti penyebutan "Hoyak Hussein" diganti dengan "Hoyak Tabuik" dan ini tidak lepas dari peran murid-murid syeikh Burhanuddin Ulakan dan para ulama lainnya di Pariaman dalam upaya menghapus pengaruh Syi'ah di Pariaman dengan cara yang elegan tanpa ada konflik yang berarti. Jadi, bagi saya "Tabuik" tetap kita lestarikan sebagai sebuah kekayaan khazanah kebudayaan Nusantara. 

Adapun sebagian kalangan masyarakat yang menilai tradisi Tabuik dengan agak tendensius, bahkan sampai pada kesimpulan bahwa tradisi Tabuik Pariaman harus dihentikan dan dihilangkan, maka hal ini bagi saya kurang setuju. Adapun ada isu yang mengatakan bahwa ada upaya menghidupkan lagi ajaran Syi'ah lewat tradisi Tabuik Pariaman, justru ini adalah tantangan bagi kita yang paham dengan ajaran Syi'ah untuk dijelaskan kepada masyarakat secara intensif tentang kesesatan ajaran ini. Adapun tradisi Tabuik Pariaman yang merupakan sisa (residu) dari Syi'ah di negeri Sunni, biarlah itu menjadi khazanah kebudayaan Nusantara.

Wallahu a'lam bish showwab

Please Login to comment in the post!
Relate Post
Berita Nasional
KERAGAMAN ITU POTENSI

Read More
Berita Nasional
WAFATNYA ULAMA LIMA ZAMAN BUYA BAGINDO M.LETT...

Read More
Berita Nasional
BASAPA: TRADISI, PROSESI DAN REKOMENDASI

Read More
Berita Nasional
KONTROVERSINYA AL HAJJAJ BIN YUSUF ATS TSAQAF...

Read More
Berita Nasional
HIJRAH

Read More